Selasa, 06 November 2007

Mengusung Transparansi IA-ITB

From: Johand Dimalouw
To: EL-ITB@yahoogroups.com
Date: Mon, 5 Nov 2007 17:56:40 -0800 (PST)
Subject: Re: [EL-ITB] Re: Kontrak Sosial Boyke 1 (Mahasiswa tdk mampu dan Transparansi Keuangan)

Rekan Joko Glompong dan alumni ITB-EL yth,
Terimakasih Joko (JG) atas komen dan masukan anda. Bagi saya masukan2 alumni sangat penting dan patut dihargai oleh pengurus organisasi spt IA-ITB ini, karena saya yakin kekuatan organisasi ini terletak di di anggotanya.
Saya coba tanggapi satu per satu spt berikut:

a. Komen JG: "Wah kayaknya hal2 yang sosial gak disentuh .... sepertinya hanya ngurusin alumninya saja ... gimana dengan mhs2 ITB yang kurang biaya ...apa ada beasiswa untuk mhs kurang mampu..."

JD: Saya sepakat dengan apa yg tersirat dalam rangkai kata-kata tulisan anda. Memang pada awalnya kita fokus pertama-tama kepada Alumni ITB dulu karena memang ini organisasi Alumni ITB. Mahasiswa ITB, calon Alumni dan perlu diperhatikan juga, khususnya yg kurang mampu. (Maaf, saya sendiri dulu adalah salah satu dari mereka). Kalau memang banyak alumni yg berpendapat bahwa ini harus kita perhatikan dan cari solusinya, yah kita usahakan bersama. Dua solusi yg secara pribadi telah disampaikan kepada saya adalah Beasiswa dan Asrama/akomodasi mereka ini. Kedua ini memang memerlukan dana yg harus kita galang bersama solusi yg tepat.

Jadi prioritasnya pertama: sosialnya Alumni dulu, kemudian: sosialnya calon Alumni dan berikutnya baru Sosialnya lingkungan para alumni itu alias masyarakat kita.

b. Komen JG: ....dan yang satu lagi dan perlu adalah TRANSPARANSI masalah DANA yang ada di IA ITB ....saya yakin banyak alumni ITN yang gak tahu masalah finasial yang ada di ITB ... apakah mungkin lap keuangan setiap semester bisa di ekspose di web site IA ITB ( sekedar usul ) ..."
JD: Saya sependapat dgn anda. Bagi saya ini WAJIB kami lakukan. Saya sdh sampaikan hal ini kepada Tim Boyke-Alam-Dimalouw. Dari pengalaman saya pribadi mengurus Yayasan Pendidikan Cendana (YPC) di Riau, selama 15 tahun ini kunci keberhasilannya. Setelah tercipta "Transparansi Dana" dan tumbuh kredibilitas pengurus di mata/hati para ortu, kami mampu menggalang milyaran rupiah untuk membangun komplex perumahan guru & karyawan Cendana di atas lahan 40 HA di Duri (diteil bisa anda lihat lewat google earth) dan 18 HA di Rumbai.

Bila Tim kami terpilih, maka saya akan berusaha untuk melaporkan setiap bulan aliran dana IA ITB, paling tidak setiap kwartal. kepada para alumni melalui ML ini dan website resmi IA-ITB. Ini komitment saya. Dana dari mana/siapa dan dipakai untuk apa harus jelas bagi semua alumni. Mudeah2an dalam tahun pertama kita mampu menyusun RAPBO IA-ITB 2009 (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi IA-ITB untuk 2009 dan disampaikan untuk disetujui oleh Kongres Luar biasa pada bulan Nov 2008 untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya.

Menurut pandangan saya, pengurusan sistim keuangan yg baik, transparan dan bersih sangat penting agar sebuah organisasi sosial didukung oleh anggotanya dan dikawal/dikontrol oleh anggotanya agar mencapai tujuannya.
Bila Tim kami terpilih, saya komit untuk lakukan ini dalam Pengurus dan silahkan rekan2 tuntut pelaksanaannya juga.

Salam

Johand Dimalouw

EL-1967

Selasa, 09 Oktober 2007

Pilketum IA-ITB 2007-2011 Tampaknya Masih Akan Menjadi Ajang Hura-Hura

Ysh Alumni ITB,

Menyimak berbagai event terkait acara Kongres IA-ITB serta memperhatikan isi (Visi-Misi-Program) para Kandidat dan metode berkampanye dan juga kesiapan KPU IA-ITB, maka sangat susah buat saya untuk mempunyai rasa 'optimisme' bahwa kelak akan 'terpilih' Ketua serta Pengurus IA-ITB yang mempunyai 'arti' bagi mayoritas alumni nya, ITB apalagi bagi bangsa Indonesia. Kalau kata orang perancis sih IL NY A PAS DE NOUVEAU..

1. Visi dan materi program masih 'muluk-muluk' dan terkesan 'obral janji', padahal kita tahu bahwa Ketua terpilih serta Pengurus yang dibentuk akan mempunyai keterbatasan waktu, tenaga dan dana. IA-ITB kan organisasi sekelas Paguyuban... .bukan sebuah perusahaan ataupun kementerian yang garis hierarki dan bayarannya jelas.

2. Banyak alumni yang berpendapat bahwa justru yang belum diungkap dan dijabarkan secara konkrit oleh para kandidat adalah 'fungsi mediasi dan fasilitasi'. Pernah di posting di milis ini bahwa ada 7 Menteri di Kabinet, sekitar 200 orang alumni menjadi Anggota DPR RI, puluhan orang menjadi pejabat Eselon I, ratusan menjadi pejabat Eselon II, puluhan menjadi aktivis LSM, petinggi Partai Politik, Pengusaha papan atas maupun menengah. Kalau bisa me mediasi dan memfasilitasi mereka saja sesungguhnya para kandidat tidak perlu repot-repot harus
membuat program segala. Cukup canangkan saja 1 program untuk 5 tahun kepengurusan IA-ITB dan kemudian dikeroyok ramai-ramai dari mulai tatanan konseptual hingga implementasi nya agar berjalan (ambil contoh misal masalah pengentasan kemiskinan atau krisis energi di Indonesia atau yang lainnya). Insya Allah akan lebih kongkrit dan lebih terasa
manfaatnya. Jadi kata kuncinya adalah 'kekuatan lobby' dan 'kesinambungan program' untuk mensinergikan semua kekuatan alumni ITB yang 'telah jelas ada didepan mata'.

3. Masih bersifat 'elitis', terbukti dari kewajiban setor '30 juta rp' untuk nyalon dan jaminan '100 juta rp' kalau menang serta masih 'sangat konvensional' di era teknologi yang sudah canggih dan relatif murah ini (mutusin untuk on-line/sms voting aja kok ribet amat). Hal lain yang membuktikan ini antara lain adalah bahwa partisipasi aktif Alumni ITB mengikuti Kongres 5 tahunan yang selalu <10%. Mereka yang datang di Kongres atau apalagi yang hadir dalam acara-acara buatan Pengurus IA-ITB biasanya 'itu-itu juga' orangnya. Mereka yang 'aktif'
didominasi oleh:
a) Para mantan aktivis kampus (Dewan, MPM, Unit, Himpunan, 'keormasan kampus' yang berafiliasi)
b) Para wirausahawan, pedagang, profesional dan birokrat yang merasa 'sudah sukses' disatu pihak atau kelompok kebalikannya yang 'mencari cari peluang' dilain pihak.
c) Para selebrities kampus yang biasa kongkow-kongkow diluar organisasi resmi Kampus ITB.
d) Para alumni dari berbagai instansi (pemerintahan, swasta, BUMN) yang disuruh datang oleh atasannya (biasanya datang atas biaya atau terkait konduite kantor tempat masing-masing bekerja).

Rekan-rekan boleh setuju/tidak setuju dengan opini ini, tapi paling
tidak seperti itulah 'realitasnya'...Menyedihkan? ..Memang. ..!

Salam:
Abah - GL 76

Senin, 24 September 2007

Pemilihan Ketua Ikatan Alumni ITB

Dikutip dari blog Budi Rahardjo

Saat ini di berbagai milis yang terkait dengan ITB sedang ramai dibahas mengenai pencalonan ketua Ikatan Alumni ITB (IA-ITB). Menarik dan juga mengherankan, karena kok demikian bersemangatnya orang untuk menjadi ketua.

Saat ini belum ditentukan calon-calonnya karena memang belum ada pendaftaran resmi. Salah satu hal yang tidak saya sukai adalah adanya persyaratan untuk membayar Rp 30 juta untuk mendaftar! Plus Rp 100 juta untuk jaminan dan akan diambil jika calon tersebut menang. Jadi untuk menjadi ketua IA-ITB dibutuhkan biaya setidaknya Rp 130 juta! Halah? Apa-apan ini? Katanya persyaratan ini adalah hasil Kongres tahun lalu di Batam. (Klarifikasi dibutuhkan.) Ada beberapa orang yang sedang mengajukan surat protes tentang persyaratan uang ini.

Saat ini beberapa nama yang sudah muncul di mailing list antara lain (disusun berdasarkan abjad);

* Betti Alisjahbana (web)
* Boyke Minarno (web)
* Hatta Radjasa (web)
* Johand Dimalouw (web)
* Tri Haryo Susilo (web)

Saya sendiri saat ini lebih condong untuk memilih pak Johand Dimalouw (JD) dengan alasan sebagai berikut;

* Cukup aktif di milis IA-ITB. Bagi saya ini penting karena saya orang yang “hidup di Internet”. Komentar, keluhan, saran, dan seterusnya saya lakukan melalui Internet. Jika ketua IA-ITB nanti tidak rajin menggunakan internet, saya tidak bisa mengharapkan keluhan saya bisa didengar. [Bagi Anda yang aktif di internet, ini merupakan aspek penting.] Dari calon yang ada, hanya dua orang yang memenuhi keaktifan ini yaitu pak JD dan bu Betti. (Saya punya harapan lain untuk bu Betti, yaitu memimpin ICT di Indonesia, tidak sekedar memimpin IA-ITB saja. Misalnya, bagaimana menghadirkan technopark di Indonesia, dan seterusnya. Tugas ini lebih berat. Siap bu?) Saya sendiri belum mengenal pak JD di darat, tetapi mengikuti tulisan dan tanggapannya di milis.
* Pak JD sudah pensiun. Ini sebuah nilai plus. Dia bisa lebih fokus mengurusi alumni ITB. Perlu diingat bahwa tidak semua alumni ITB sukses (dari berbagai kriteria). Dibutuhkan orang atau organisasi untuk membantu alumni ITB. Selain itu, pak JD tidak menggunakan IA-ITB ini sebagai kendaraan untuk karir lah, politik lah, dan seterusnya.

Saya tidak ingin mendiskreditkan calon-calon lain. Cara itu kurang baik. Lagian ini bulan puasa. :D

Jika tulisan ini dianggap sebagai dukungan terhadap pak JD, boleh saja dan memang demikian. Tim pendukung pak JD ini terbuka dan bisa dilihat di milis JD-sukses@yahoogroups.com. Sekarang tim sedang gotong royong untuk mengumpulkan uang pendaftaran, merogoh kantong, dan masih kesulitan memenuhi persyaratan yang Rp 30 juta sekalipun. Maklum tim tidak setuju dengan menggunakan sapi perah terhadap perusahaan atau organisasi tertentu (seperti disinyalir terjadi pada pemilihan ketua sebelumnya) atau cara lain yang nantinya harus ada hutang budi sehingga IA-ITB diarahkan untuk kepentingan tertentu, bukan kepentingan anggotanya. Saya senang melihat tim ini karena isinya kebanyakan anak muda, setidaknya lebih muda dari saya, dan antusias. Ini harus saya dukung.

Bagaimana pendapat Anda?

PARA ALUMNI ITB JANGAN SALAH PILIH LAGI KETUA UMUM IA-ITB

Dikutip dari milis IA-ITB

Musim pemilihan Ketua Umum IA-ITB kembali berputar. Masa
yg sering sangat meriah tapi selalu berakhir dengan sangat
anti klimaks di setiap ujung akhir kepengurusan.

Ada banyak pelajaran dari para Ketua Umum IA-ITB:
1. Sebagian besar Ketua Umum IA-ITB KEMUDIAN terpilih
menjadi Menteri Kabinet RI yakni Sanyoto Sastrowardoyo,
Giri Soeseno, Cacuk Sudariyanto. Kekecualian adalah AA
Laksamana Sukardi, sebagai dinyatakannya pada saat
kampanye, saya sudah jadi Menteri Kabinet Gotong Royong
sebelum jadi Ketua IA-ITB. Pernyataan AA ini untuk menepis
anggapan IA-ITB dijadikan tunggangan politis. Tapi apapun
dalih dan hidden agenda mereka, yang jelas kontribusi
mereka kepada kemajuan IA-ITB seperti yang selayaknya
ikatan alumni kampus yg menyandang nama besar nyaris MINIM
SEKALI!
2. "Dosa" para Ketua Umum IA-ITB adalah terlalu memanjakan
anggota tim kampanye masuk ke dalam kabinetnya. Mereka
hanya cari kehormatan di IA-ITB dan bukannya memberikan
kehormatan kepada IA-ITB agar sejajar dengan ikatan alumni
kampus di dunia seperti ikatan alumni MIT, Harvard, Tokyo
University dsb. Program kerja mereka yg muluk2 tak ada
implementasinya.
3. "Dosa" para Ketua Umum IA-ITB adalah ingin dapat
kehormatan dari nama besar ITB yg melekat pada Ikatan
Alumni tapi TAK MAU MENGATUR WAKTU SECARA EFEKTIF untuk
IA-ITB dan almamater.
4. "Dosa" kita selaku pemilih adalah "dibodohi" oleh para
kandidat pada saat mereka kampanye. Mitos Ketua IA-ITB
"harus" dari kalangan pejabat ternyata masih melekat pada
benak alumni ITB bahkan sampai era reformasi sekarang ini.
Kumaha euy? Alumni ITB pemilih berdosa telah
menanggalkan sikap egaliter Manusia ITB, sikap extrovert
Manusia ITB, sikap demokrat Manusia ITB, sikap tak mau
diatur karena kemandirian positip Manusia ITB, hanya
karena silau dengan nama2 calon yg telah kena penyakit
kegenitan selebriti. "Aing katipu pokona mah", kata orang
Bandung mah.
5. Supaya "teu katipu deui", pilih berdasarkan keyakinan
diri masing dengan antara lain mengacu kepada pengalaman
"ditipu" oleh para Ketua Umum IA-ITB.

Salam dari seorang Manusia ITB,
Cardiyan HIS

Kamis, 13 September 2007

Pengalaman Kerja

Sejak tamat dari ITB di Bandung, tahun 1973, pada tanggal 19 November, saya bergabung dan mulai bekerja di PT Caltex Pacific Indonesia (PT CPI), dan sejak itu saya tetap bekerja dengan perusahaan ini sampai saya mencapai usia pensiun dan berhenti pada tanggal 1 Augustus 2003.

PT Caltex Pacific Indonesia adalah sebuah perusahaan terbatas (PT) badan hukum Indonesia yang dimiliki oleh perusahaan minyak raksasa Amerika Serikat Chevron Inc. dan Texaco Inc. dan beroperasi di dalam bidang perminyakan sebagai Kontraktor Production Sharing (PSC atau KPS) dari PERTAMINA dan kini BPMIGAS di Indonesia.


Sejak bulan Juni 2002 sampai saya pension, saya ditugaskan pada jabatan Vice President - Operations Support Unit (OSU) atau Unit Penunjang Operasi, di mana saya membawahi 7 Departmen penting di perusahaan minyak yaitu:
  1. Hydrocarbon Transportation (HCT)
  2. Community Services (CS)
  3. Maintenance Support Services (MSS)
  4. Air & Land Transportation (A&LT),
  5. Fire Prevention & Protection (FP&P)
  6. Health, Environment & Safety OSU (HES-OSU)
  7. OSU Business Planning & Budget Control
Selama hampir 30 tahun bekerja di PT CPI, saya pernah ditugaskan pada:

Jabatan Manejerial (8 Jabatan, selama 15 tahun terakhir), yaitu:
  • Vice President – Operations Support Unit, di Dumai
  • Vice President – Support Operation SBU, di Dumai
  • General Manager - Technology & Drilling, di Rumbai
  • Manager Production - Duri SBU, di Duri
  • District Manager - Production Duri, di Duri
  • Manager - General Engineering & Construction, di Rumbai
  • General Superintendent - Power Generation & Transmission, di Duri
  • Chief Planning & Design - General Engineering & Construction, di Rumbai
Jabatan/Tugas teknik & pengawas (8 Jabatan selama 15 tahun sebelumnya), yaitu:

  • Consultant - Engineering & Production di Kantor Pusat Caltex Petroleum Coorporation dan Amoseas (American Overseas Petroleum Ltd.) di Dallas, Texas, USA.
  • Coordinator - Organization & Cost Studies, Staff Akhli untuk Managing Director and Executive Vice President PT CPI di Rumbai
  • Assistant Superintendent - PG&T-Power System Engineering, di Duri
  • Assistant Superintendent - PG&T- Special Projects, di Duri dan Rumbai
  • Senior Engineer - Gas Turbine Maintenance, PG&T, di Duri
  • Senior Supervisor - Pusat Pembangkit Listrik Minas, di Minas
  • Supervisor - Operasi Pusat Pembangkit Listrik Duri, di Duri
PENGALAMAN KERJA

Sejak tamat dari Pendidikan Teknik Tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tanggal 3 November 1973, saya diterima dan mulai bekerja dengan PT Caltex Pacific Indonesia (PT CPI) pada tanggal 19 November 1973 dan sejak itu sampai saya pensiun, saya hanya bekerja dengan satu perusahaan ini.

PT Caltex Pacific Indonesia adalah sebuah perusahaan terbatas (PT) badan hukum Indonesia yang dimiliki oleh perusahaan minyak raksasa Amerika Serikat Chevron Inc dan Texaco Inc dan beroperasi di dalam bidang perminyakan sebagai Kontraktor Production Sharing (PSC atau KPS), di Indonesia. Daerah Operasinya yang produktif terletak di daerah Provinsi Riau, dengan kantor pusat operasinya di Rumbai, Minas, Duri dan Dumai.

PT CPI kini dimilik sepenuhnya (100%) oleh Chevron Inc. dan namamya berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia. PT CPI adalah produsen terbesar minyak bumi Indonesia sejak tahun 1971.

Selama hampir 30 tahun di PT CPI, saya ditugaskan pada berbagai jabatan Manejerial dan teknis atau tugas-tugas sebagai berikut:

• Juni 2002 – Aug 2003 Vice President - Operations Support Unit di Dumai,
bertanggung-jawab atas terlaksananya peran 7 Departmen penting dalam industri perminyakan, yaitu:

  1. Hydrocarbon Transportation (HCT), yang mengurus pengumpulan minyak mentah dari stasiun-stasiun pengumpul di semua lading-ladang minyak, sampai kepada pemuatan minyak ke kapal-kapal dan Kilang minyak Pertamina di Dumai, termasuk Marine.
  2. Community Services (CS) yang mengurus operasi dan perawatan 7 Camp di Sumatra (Rumbai, Minas Duri, Dumai, Bangko, Libo, dan Petapahan),
  3. Maintenance Support Services (MSS) yang melayani kebutuhan perbaikan fasilitas dan peralatan operasi produksi & konstruksi di semua ladang minyak PT CPI,
  4. Air & Land Transportation (A<) yang mengurus pengangkutan manusia dan barang, melalui daratan, lautan dan udara, dari dan ke lading minyak CPI di Sumatra dari Jakarta dan Batam,
  5. Fire Prevention & Protection (FP&P) yang mengurus semua peralatan pengaman dan pemadaman kebakaran, baik di daerah operasi PT CPI dan juga ikut serta dalam mengatasi kebakaran dalam lingkungan masyarakat sekitar,
  6. Health, Environment & Safety OSU (HES-OSU) yang mengurus masalah kepatuhan pada peraturan-peraturan keselamatan kerja dan kesehatan kerja semua karyawan PT CPI dan juga karyawan mitra kerja, dan lingkungan hidup,
  7. OSU Business Planning & Budget, yang menyusun & menganalisa rencana kerja semua departmen di OSU, menyusun budget /anggaran belanja dan kemudian mengontrol pelaksanaannya.
Untuk melayani seluruh keperluan operasi PT CPI tersebut di atas, OSU sebagai unit yang memberikan pelayanan kepada unit lain di PT CPI, OSU ditunjang oleh sekitar 1000 karyawan CPI dan 3000 karyawan Mitra dan mengelolah biaya operasi sebanyak US$ 200 Juta per tahun ditambah dengan biaya investasi/kapital sebesar US$ 10 Juta per tahun.


• Okt 2001 – Juni 2002 Vice President - Support Operation SBU di Dumai,
bertanggung-jawab atas terlaksananya peran 5 Departmen penting yaitu Departmen Hydrocarbon Transportation (HCT), Departmen Power Generation & Transmission (PG&T), Departmen Central Maintenance Support (CMS), Departmen Land and Marine Transportation (L&MT), Departmen General Services (GES) Dumai dan Departmen Health, Environment & Safety SO, untuk melayani seluruh keperluan PT CPI di propinsi Riau, dan daerah baru lainnya. Sebagai unit yang memberikan pelayanan kepada unit lain di PT CPI, SO SBU ditunjang oleh sekitar 1000 karyawan CPI dan 1500 karyawan Mitra dan mengelolah biaya operasi sebanyak US$ 150 Juta per tahun ditambah dengan biaya investasi/kapital US$ 10 Juta per tahun.


• April 1998 – Okt 2001 General Manager - Technology & Drilling (T&D) di Rumbai,
bertanggung-jawab atas terlaksananya peran 3 Departmen penting dalam industri perminyakan yaitu Departmen Information Technology (IT), Departmen Technology Support dan Department Drilling untuk melayani seluruh keperluan PT CPI di propinsi Riau, Jakarta dan daerah lainnya. Sebagai unit yang memberikan pelayanan kepada unit lain di PT CPI, unit T&D ditunjang oleh sekitar 400 karyawan CPI dan 2500 karyawan Mitra dan mengelolah biaya operasi sebanyak US$ 25 Juta per tahun ditambah dengan biaya investasi/kapital sebesar US$ 130 Juta per tahun.

Pengalaman menarik adalah :

  1. Memimpin tim IT CPI untuk membangun sistim IT terpadu, yang diberi nama CASTIL, terdiri dari lebih dari 5000 unit PC diselurih daerah operasi dan kantor pusat di Jakarta.
  2. Memimpin tim Y2K PT CPI dan kemudian juga Tim Y2K KPS dan PERTAMINA-DMPS (kini BPMIGAS). Sukses dalam tim ini, saya diminta untuk menjadi Ketua Umum (2000-2002) dan memimpin Forum Telematika Perminyakan Indonesia (FTPI) yang beranggotakan semua Tim IT dari KPS dan DMPS (kini BPMIGAS).

April 1995 – Mar 1998 Manager Production - Duri SBU di Duri,
bertanggung-jawab atas operasi dan perawatan semua fasilitas produksi minyak mentah dengan injeksi uap (EOR konsep DSF), dan engineering dan perawatan reservoir & 5000 sumur produksi minyak & sumur injeksi uap dari ladang minyak Duri & Kulin dengan kapasitas produksi 300,000 Bbls minyak per hari dan mengelolah perubahan organisasi fungsional menjadi SBU - Duri yang ditunjang oleh 1000 karyawan CPI dan 2500 karyawan perusahaan Mitra Usaha dengan anggaran operasi sekitar US$ 100 juta per tahun.


• Aug 1994 – Mar 1995 District Manager - Production Duri di Duri,
bertanggung jawab atas operasi dan perawatan Fasilitas Produksi minyak mentah injeksi uap [EOR konsep DSF] di ladang minyak Duri, dengan kapasitas produksi 200,000 Bbls per hari dan mempersiapkan perubahan organisasi fungsional menjadi SBU – Duri.


• Mei 1991 – Aug 1994 Manager - General Engineering, di Rumbai,
bertanggung jawab atas feasibility study, project proposal, design dan konstruksi semua fasilitas perminyakan di Sumatera dan perawatan infrastruktur diseluruh daerah operasi perminyakan dengan nilay investasi sekitar US$ 100 juta per tahun dan juga mengelolah Resident Contractor (PT RMI & PT TRIPATRA) yang mempekerjakan sekitar 8,000 karyawan dengan nilai kontrak sebesar US$ 80 juta per tahun.

Pengalaman menarik dalam jabatan ini adalah:
  1. Mengawasi pembangunan Gedung Sarana Jaya yang akan dipakai sebagai kantor pusat PT CPI di Jakarta.
  2. Membangun Pusat Pengukuran Minyak otomatis di Dumai
  3. Membangun pipa minyak melintasi dasar sungai (lebar 800 meter) di daerah CPP, dengan pemanfaatan teknik Pengeboran Horisontal sejauh 800 meter.

• Jan 1990 – Apr 1991 General Superintendent PG&T di Duri,
bertanggung atas penyediaan tenaga listrik [baik operasi maupun perawatan] dan distribusinya untuk seluruh kebutuhan operasi PT CPI dengan kapasitas terpasang 300 MW dan beban rata-rata 250 MW melalui jaring 115, 44 dan 13.8 kVolt.


• Jul 1988 – Des 1989 Chief Planning & Design - General Engineering, di Rumbai
bertanggung-jawab atas engineering dan design berbagai projek PT CPI, termasuk persiapan projek EOR di ladang Minyak Minas dengan pattern waterflood, studi kelayakan pengaspalan jalan di semua ladang minyak dan komplex perumahan dan berbagai projek pengembangan ladang minyak & gas.


• Des 1986 – Jun 1988 Consultant - Engineering & Production,
suatu tugas khusus dengan penempatan di kantor pusat Caltex Petroleum Corporation dan Amoseas (American Overseas Petroleum Ltd) di Dallas, Texas, USA, berperan untuk evaluasi dan memberikan masukan kepada pimpinan AMOSEAS, CHEVRON dan TEXACO, sebelum memberikan persetujuan kepada semua projek investasi kapital di Indonesia.


• Jul 1985 – Dec 1986 Coordinator Organization & Cost Studies,
Staff Ahli untuk Managing Director and Executive Vice President, PT CPI di Rumbai. Tugas jabatan ini adalah mengevaluasi dan/atau merekomendasikan keputusan yang akan diambil oleh Managing Director, mengenai peningkatan produktivitias, pengurangan biaya dan perubahan organisasi agar perusahaan menjadi lebih efisien dan efektif.


• Dec 1980 – Jun 1985 Assistant Superintendent PG&T
Power System Engineering di PG&T Department, Duri. Tugas utama jabatan ini memimpin tim akhli kelistrikan untuk menjamin peningkatan keandalan sistim tenaga listrik PT CPI dan pengembanan sistim listrik selanjutnya.


• May 1979 – Dec 1980 Assistant Superintendent PG&T,
Special Project di PG&T Department dengan tugas khusus, Pelatihan ke Luar Negeri (Mei - Okt 1979 di Amerika Serikat, Inggris, Switzerland, Bahrain) dan Project Design di General Engineering Rumbai, untuk persiapan project DSF.


• Jun 1977 – May 1979 Senior Engineer Gas Turbine Maintenance Engineer,
di PG&T Department Duri. Tugas utama jabatan ini adalah menjalankan perawatan semua unit Gas Turbine Generator, termasuk peralatan penunjangnya, sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat (General Electric, Hitachi, Sulzer, Siemens), agar mesin-mesin dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi serta biaya operasi rendah.


• Jun 1975 – Jun 1977 Senior Supervisor
Pusat Pembangkit Tenaga Gas di PG&T Minas. Peran utama pada jabatan ini adalah membina/melatih para karyawan baru agar dapat mengoperasikan dan merawat peralatan dan mesin-mesin pembangkit tenaga listrik dengan baik dan handal.


• Nov 1973 – Jun 1975 Supervisor Operasi
Pusat Pembangkit Tenaga Gas di PG&T Duri. Tugas utama dalam jabatan ini adalah membina karyawan agar dapat mengoperasikan pusat pembangkit listrik Duri dan Jaringan Sistim Tenaga Listrik secara terus-menerus, 24 jam dalam sehari dan menangani keadaan darurat dengan tepat.